THEODICY : MENGGUGAT KEADILAN ALLAH?
DOI:
https://doi.org/10.52157/me.v4i2.52Kata Kunci:
theodicy, menggugat, keadilan AllahAbstrak
Melihat kondisi-kondisi di atas, sangatlah penting bagi Gereja-gereja Tuhan dan hamba-hamba Tuhan di Indonesia memikirkan secara serius untuk memberikan pemahaman yang benar kepada setiap orang Kristen mengenai cara dan sikap yang benar ketika menghadapi masalah. Martyn Lloyd dalam bukunya Ketika Iman Diadili, mengatakan bahwa untuk menjawab pertanyaan dan kebingungan sekitar theodicy, harus ada pendekatan yang benar karena sebagian besar masalah dan kebingungan dalam kehidupan orang Kristen adalah cara pendekatan yang tidak benar. Yang dimaksud dengan pendekatan yang benar adalah cara berpikir rohani bukan rasional. Cara berpikir yang sesuai dengan cara Tuhan melalui firmanNya dan bukan cara manusia yang dianggap logis yang sesuai dengan rasio atau otaknya. Misalnya: manusia sering ingin mendapatkan jawaban yang gamblang dan cepat terhadap masalah tertentu,namun Alkitab tidak selalu mengajarkan manusia tentang satu cara. Manusia juga sering panik dan cepat mengambil kesimpulan salah bila hal-hal yang tidak diharapkan terjadi atau jika menurutnya Allah memperlakukannya dengan cara yang ‘aneh.’ Dalam setiap keadaan, kita harus mengetahui cara bertindak yang tepat. Berpikir secara rohani juga artinya bahwa orang Kristen harus melihat keadilan Allah dari perspektif-Nya sendiri karena KedaulatanNya dan bukan dari perspektif manusiawinya yang bagaimanapun sangat terbatas. Jika orang Kristen mempunyai perspektif yang benar tentang keadilan Allah seperti yang dinyatakan dalam firman-Nya, mereka mampu menghadapi kesulitan apapun yang Allah izinkan tanpa meragukan keadilan dan kasih-Nya. Yang pasti adalah: Hati Allah sungguh-sungguh remuk ketika umat-Nya sedang mengalami penderitaan yang dalam karena kita sangat berharga bagi-Nya (Yes 43:4; Mzm 8:5). Dia mengasihi kita dengan kasih yang tak terbatas. Dia ada di sana, di tempat kita di siksa, dipenjara, di rumah kita yang terbakar atau hanyut atau yang tinggal puing-puing, atau di antara keluarga kita yang hilang. Bagaimana kita dapat memahami Allah dengan keadaan seperti ini? Tidak lain, harus berpegang dan percaya akan sifat-sifat-Nya yang tidak berubah bahkan ketika Dia tidak dapat dipahami. Sebagai orang beriman, kita perlu mempercayai ada waktunya Allah, bahkan ketika segala sesuatunya terlihat begitu terlambat. Masalah bisa datang silih berganti baik terhadap pribadi maupun kelompok, persekutuan atau gereja, anggota atau masyarakat dan lain-lain. Tetapi Allah tidak pernah mengingkari firman dan janji-Nya sendiri. Pada waktu dan cara-Nya-lah, Dia pasti menunjukkan keadilan-Nya bagi orang yang terus berharap kepada-Nya. Oleh karena itu : Let’s God to be God ! Amin !
Unduhan
Abstrak viewed = 473 times
Citation
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Missio Ecclesiae is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.