PERAN MANUSIA ALLAH MENURUT I TIMOTIUS 6:11-21
DOI:
https://doi.org/10.52157/me.v3i1.37Kata Kunci:
peran, manusia Allah, I Timotius 6: 11-21Abstrak
Kendatipun Timotius masih muda dalam memimpin jemaat di Efesus, namun Paulus tidak ragu akan hal itu. Bahkan Paulus menyebut Timotius dengan sebutan “manusia Allah.” Sebutan tersebut merupakan gelar yang paling terhormat yang menyatakan akan kepemilikan Allah atas dirinya. Gelar ini diberikan Paulus untuk membedakan Timotius dari pengajar-pengajar palsu. Sebagai pribadi yang dimiliki Allah tidak bisa dilepaskan dari pertobatan Timotius sebagai hasil pelayanan Paulus. Sebagai milik Allah, Paulus memberikan rambu-rambu mengenai apa yang tidak perlu dilakukan (dihindari) dan mana yang perlu dilakukan. Bersilat kata, dengki, fitnah, curiga, percekcokan dan cinta uang harus dijauhi karena akan menghancurkan reputasi Timotius dan pelayanannya. Sebaliknya yang harus dilakukan dengan sekuat tenaga yaitu hidup dalam keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Hal-hal tersebut tidak hanya mencerminkan karakter Paulus tetapi juga merupakan kehendak Allah sendiri. Dalam memenuhi semuanya itu, Paulus berkata bahwa hidup itu bagaikan pertandingan yang menuntut ketahanan, bukan hanya fisik tetapi juga spiritual. Dalam pertandingan tersebut Paulus berkata bahwa Timotius tidak berjuang sendiri. Tuhan yang adalah Sumber hidup akan menopang dan memberikan semangat kepada Timotius untuk dapat memenangkan pertandingan. Oleh karena itu, tidak perlu bimbang dan ragu untuk menyaksikan kebenaran kendatipun konsekuensi yang dihadapi tidaklah mudah. Paulus memberikan referensi mengenai bagaimana Kristus berani mengikrarkan ikrar yang benar di hadapan Pontius Pilatus yang adalah petinggi Romawi pada waktu itu. Paulus mengarahkan pandangan Timotius bukan kepada kesulitan pelayanan yang dialami tetapi kepada kemuliaan yang sudah disediakan Allah baginya. Lakukanlah tugas panggilanmu, jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang Tuhan berikan. Demikian juga dalam relasi dengan jemaat-jemaat yang kaya, jangan takut untuk berpesan kepada mereka supaya tidak sombong dan mengandalkan kekayaan mereka melainkan hidup dalam kebajikan/ kemurahan hati. Kekayaan yang dimiliki sekarang adalah bersifat sementara dimana ngengat dan karat dapat merusaknya dan pencuri dapat mencurinya. Ingatlah harta surgawi yang tidak fana. Kualitas kekayaan seseorang tidaklah bergantung pada seberapa banyak kekayaan yang dapat ditimbun (dimiliki) melainkan pada apa yang dapat dia berikan. Orang kaya yang hanya menimbun kekayaannya adalah orang kaya yang miskin. Tetapi orang kaya yang kaya adalah orang yang dengan kekayaannya dapat memperkaya orang lain (mendukung orang yang lemah dari segi finansial). Orang kaya yang demikian adalah orang kaya yang menyenangkan hati Tuhan. Pada akhirnya, Timotius dituntut untuk memelihara apa yang telah dia terima dari Paulus. Tidak perlu sibuk dengan perdebatan-perdebatan yang sia-sia (dalam hal ini pengajaran gnostik) atau omong kosong yang mengatasnamakan kebenaran sejati namun isinya penuh dengan racun.
Unduhan
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Missio Ecclesiae is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.